welcome


Rabu, 22 Agustus 2012

MUDIK: Budaya dan Silaturahmi




asads report
Edior oleh : Asadulloh / Berita dalam Indonsia / Rabu 22 Agustus 2012
 
Bukan suatu hal yang asing ketika pantauan saya pada liburan kali ini melihat channel televisi dipenuhi dengan berita kendaraan bermotor yang memadati jalan- jalan, pelbagai alat transportasi umum penuh sesak, dan para penduduk di santero tanah air berbondong-bondong pulang ke tempat asal mereka.

Fenomena ini dikenal dengan nama mudik dan akan berlangsung setiap tahun ketika bulan romadhon tiba, dari data yang ada, tercatat peningkatan jumlah pemudik selalu terjadi setiap tahunnya, tahun ini terjadi peningkatan sebesar 5persen dimana sekitar 30 juta jiwa melakukan tradisi mudik.

Masyarakat Indonesia memang sangat antusias dengan momentum “pulang kampung”, hal ini memang telah berlangsung sejak zaman prasejarah, nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki ras Melanesia dan berasal dari Yunnan telah menyandang gelar pengembara ulung sejak dahulu kala, awalnya mereka mengembara untuk mencari sumber penghidupan, lalu ketika mereka telah menemukan tempat yang ideal, mereka akan menetap di sana, dan pada moment-momennt tertentu seperti pemujaan roh nenek moyang, akan menjadi suatu alasan mengapa mereka kembali ke tempat asal mereka.

Dan pada era kerajaan majapahit, kegiatan mudik menjadi tradisi besar yang di lakukan oleh warga kerajaan, begitupula dengan warga yang menempati wilayah kekuasaan majapahit seperti Malaysia, Thailand, Brunei, dll beramai-ramai mengunjungi tanah jawa yang saat itu menjadi pusat pemerintahan dan tujuan utama pemudik.
Pada saat islam masuk di indonesia, hari raya idul fitri yang oleh masyarakat muslim di anggap sebagai hari kembalinya setiap individu kepada fitrah, menjadi acuan masyarakat untuk melakukan mudik sebagai motif untuk bersilaturahmi terutama dengan sanak keluarga, sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً”.
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Serta berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman, musafir dan hamba sahaya yang kalian miliki. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. QS. An-Nisa’: 36.

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَه
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir; hendaklah ia bersilaturrahim”. HR. Bukhari dari Abu Hurairah.

Akan tetapi banyak problematika yang timbul ketika tradisi ini di lakukan oleh mayoritas penduduk yang ada di bumi pertiwi ini, misalnya saja meningkatnya kriminal dengan berbagai modus di tempat-tempat umum terutama di terminal dan meningkatnya jumlah kecelakaan yang ada di jalan raya.

Korlantas Polri mencatat dalam 3 hari terakhir pada 11, 12, dan 13 Agustus 2012 jumlah kecelakaan untuk sementara mencapai 989 kasus atau sudah 80% dari jumlah kasus kecelakaan sepanjang tahun lalu sebanyak 1.239 kasus, Berdasarkan data tersebut, dari 989 kecelakaan, menelan korban jiwa 173 orang, jumlahnya mendekati jumlah sepanjang tahun lalu dengan 203 orang meninggal dunia, adapun luka berat sebanyak 212 orang dan luka ringan 883 orang, sedangkan sepanjang tahun lalu luka berat mencapai 320 orang dan luka ringan 739 orang.

Instansi-instansi pemerintahan memang sudah merealisasikan fasilitas-fasilitas yang diharapkan dapat mewujudkan keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam melakukan tradisi mudik, seperti posko-posko kesehatan dan pos keamanan, akan tetapi jika tidak dengan kesadaran kita bersama, moment yang hanya dapat kita temui setahun sekali ini tak akan terkondisikan dengan baik.

Kita dapat mengkondisikan moment ini dengan 4S yaitu: sadar keamanan, sadar kenyamanan, sadar keslamatan dan sadar akan hak orang lain, jika hal ini dapat kita amalkan bersama maka mudik dapat terkondisikan dengan baik.

Dengan ini, kita sebagai masyarakat yang berbudaya dan beragama, telah ikut serta membantu melestarikan budaya dan beramal membantu orang lain untuk mempererat tali silaturahmi dengan sanak keluarga, sebagaimana Allah SWT Berfirman

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَتَعَاوَنُوا عَلَى اْلإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَاب
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. al-Maidah: 2).


2 komentar: