welcome


Rabu, 29 Agustus 2012

JANCOK, PEDOMAN JUGA MISUH



          

  Biasanya kata “jancok  digunakan untuk misth oleh orang-orang yang tidak berpendidikan, dan andapun khususnya orang jawa, mungkin sudah tidak asing lagi jika mendengar kata ini.
            Kata “jancok” terdiri dari 6 huruf, setiap hurufnya merupakan awal dari beberapa kata yang jika dhrangkai akan menjadi sebuah kalimat, sehingga awalan –awalan kata ini menjadi sebuah singkatan yang memiliki kepanjangan “jangan anggap neraka Cuma omong kosong.
            Hal ini harus kita renungi bersama, Allah SWT berfirman:
 “Mereka menjawab,ya Allah..
Engkau telah mematikan kami dua kali lalu kami mengakui kesalahan dosa2 kami.Maka adakah sesuatu jalan(bagi kami)untuk keluar dari neraka?
(QS.Al Mukmin;11)
                Akan tetapi, jangan serta merta anda mengambil kesimpulan bahwa misuh jancok itu diperbolehkan,  karena selain tidak sopan, jika kita sering melontarkan pisuhan, kita akan terbiasa mengumpat, dan hal itu akan mempengaruhi  keadaan tubuh kita.
                Air dalam tubuh kita berkisar  60%, dan air itu bersifat merespon  berita yang di sampaikan kepadanya , bila informasi yang di terima buruk, maka kualitas air  akan menjadi buruk, dan  juga sebaliknya.
            Hal ini terbukti dari  penelitian masaru emoto dan kazuya ishibashi, dari penelitiannya, Emoto menyimpulkan, bahwa bila air diberikan respon positif, seperti kata “terima kasih”, “bagus sekali”, “kebahagiaan”, “cinta dan terima kasih”, maka kristal yang dibentuk oleh air tersebut akan indah dan sempurna. Namun bila diberikan respon negatif seperti, “kamu bohoh”, “tidak berguna”, “penderitan”, maka air sulit sekali untuk membentuk kristal, bahkan bentuk yang didapatkan jauh dari bentuk kristal. Emoto juga membuktikan bahwa respon yang jelek pun lebih daripada tak diberikan respon sama sekali. Dia menyimpulkan memberikan perhatian, meskipun itu jelek, adalah lebih baik daripada dibiarkan begitu saja tanpa perhatian sama sekal, oleh karena itu, jangan suka misuh.

Sabtu, 25 Agustus 2012

LOVE IS SAMBAL

             Ketika pedasnya sambal terasa di lidah kita, apa yang kita rasakan?, terasa pedas bukan?, tapi walaupun keringat kita  berderaian karena rasa pedas yang membakar lidah, kita tetap saja ingin merasakannya lagi dan lagi.
            Menurut saya hal ini serupa dengan apa yang di namakan dengan cinta, segala sesuatu yang mungkin terasa tidak enak untuk di lakukan jika di dasari dengan cinta, pasti akan kita lakukan.
            Banyak pejuang-pejuang yang rela gugur di medan perang karena demi cintanya kepada negara ataupun agama.
            Dari situlah mngapa saya bisa katakan bahwa cinta itu tidak ada bedanya dengan sambal, walaupun pedas tapi di sukai banyak orang.
            Salah satu khulafaur rasyidin yakni Abu Bakar pernah tersengat kalajengking ketika berada di gua tsur, beliau rela menahan sakit dan tidak berteriak bahkan tidak bergerak sedikitpun demi untuk menjaga ketenangan Nabi Muhammad yang sedang tidur di pangkuannya, hal itu menjadi bukti cinta Abu Bakar kepada Nabi.
            Saya mengutip karangan kahlil Gibran tentang ungkapan seseorang kepada kekasihnya, “atas nama cinta kita menahan himpitan kemiskinan, dan kepedihan derita, serta kehampaan yang terasa dalam perpisahan. Aku akan terus melawan segala cobaan ini sampai kemenangan kuraih dan kuletakkan di atas tanganmu suatu kekuatan yang bakal menopang kita melalui segala penghalang demi pencapaian tujuan hidup ini”.
            Allah Swt juga telah menyampaikan pesan tersirat tentang cinta di dalam kehidupan belalang sembah,  serangga yang termasuk dalam ordo Mantodea ini bahkan merelakan kepalanya di makan oleh si betina seusai kawin, menyeramkan bukan?.

Jumat, 24 Agustus 2012

ALBERT EINSTEIN DAN AKU SAMA


             



            Ketika saya masih duduk di bangku SMP, saya pernah bertemu dengan tukang kuli bangunan yang bekerja di sekolah saya, lalu saya bertanya tentang alat cetakan paving yang ada di dekatnya,  "kang!,apa  sulit menggunakannya?”, lalu beliau menjawab “gampang, pokoknya selama masih ada orang yang bisa menggunakannya hal itu bisa di bilang gampang”.
            Dari situ saya mulai berfikir, Albert Einstein memiliki 2 tangan, 2 kaki, 2 mta dan organ tubuh lain termasuk otak yg tidak jauh berbeda dengan yang saya miliki, kenapa dia bisa sedangkan saya tidak bisa?.
            Bahkan dulu ketika masih duduk di bangku sekolah Albert Einstein pernah di sebut-sebut anak yang bodoh, bahakan pernah tidak lulus ujian.
            Albert Einstein saja ketika sekolah bodoh dan  kini bisa menjadio rang hebat, mengapa saya yang sekarang tidak separah itu tidak bisa menjadi lebih hebat dari pada Albert Einstein.

            Hanya saja yang  membuat kita terlihat berbeda dengan orang-orang hebat adalah kekurangan dan kelebihan, mereka di karuniai kelebihan sehingga dengan satu langkah saja mereka bisa sampai, tapi ada juga orang-orang hebat yang bahkan harus berlari untuk sampai pada kesuksesan.
            Kita sebenarnya memiiki peluang untuk menjadi orang hebat, akan tetapi terkadang kita malas atau tidak mau menggunakan peluang itu dengan baik, sebagaimana ungkapan berikut ini:
                                    Kebany`kan orang sukses meraih
                                   Kesuksesannya bukan karena mereka
                            Memiliki bakat baru atau kesempatan yang
                           Diberikan pada mereka, tapi mereka mamapu         
                               Mengenmbangkan kesempatan yang ada di
                                                Tangan mereka
(Bruce Barton)
Dan sebagaimana firman Allah SWT:
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

Artinya: sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka mengubah keadaan yang ada pada mereka, (QS Ar-ra'd ayat 11).

Kamis, 23 Agustus 2012

DON'T KENTUT SEMBARANGAN






 Sering kali saya merasa jengkel dan kesal ketika saya menemukan makhluk halus yang di keluarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Andapun mungkin juga memiliki teman atau saudara yang mungkin memiliki kebiasaan merusak suasana dan merenggut hak orang lain untuk menghirup udara segar dengan bau kentut yang semergak gak karuan.

Dan yang paling menjengkelkan lagi, ketika kentut itu tidak mengeluarkan suara, karena sampai kapanpun pelaku tindak kejahatan itu tak akan ketemu bila tak mengaku, dan yang super menjengkelkan bila si pelaku dengan santainya mengatakan “aku yang kehilanagan kenapa loe yang sewot”.

Jika anda menemukan orang seperti ini alangkah baiknya anda ingatkan atau anda beri nasehat, begitu juga dengan anda, jangan sekali-kali kentut sembarangan, kareana selain hal ini tidak sopan dan melanggar hak rang lain, dari segi kesehatan kentut itu tidak baik jika kita hirup.
Kentut tersusun dari nitrogen yang berasal dari oksigen yang kita hirup dari udara yang terabsorbsi oleh tubuh sebelum sampai ke usus, Adanya bakteri serta reaksi kimia antara asam perut & cairan usus menghasilkan karbondioksida. Bakteri juga menghasilkan metana & hidrogen. Proporsi masing-masing gas tergantung apa yang telah di makan, berapa banyak udara tertelan, jenis bakteri dalam usus, berapa lama kita menahan kentut.
Dari penjelasan di atas kita tehaui bersama bahwasannya kentut yang tersusun dari beberapa gas dan bakter i tidak baik untuk di hirup, oleh karena itu, setelah anda beranjak dari tempat anda membaca tulisan ini, jangan pernah  kentut  sembarangan, dan hal ini juga bisa di katakan sebagai mendzolimi orang lain tidak di perbolehkan dalam islam, sebagaimna yang telah di terangkan dalam hadist
:
أَنَّ اللَّه تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا
“Sungguh, Allah telah berfirman, ‘Wahai hamba-Ku, sungguh aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan menjadikannya terlarang di antara kalian, maka janganlah saling menzalimi!’ “ (Hr. Muslim)