Sebuah corak, budaya, dan identitas bangsa
yang punya sarung, tentu bangsanya “ya musti sarungan”. Sebuah
model berbusana yang tetap terjaga meski merek jeans semakin digandrungi. Tetap
berwarna-warni walau banyak jubbah putih suka sok ngajari. Apapun
busananya, kalau sarungan akan tetap serasi. Dan itu jadi kegemaran
santri sampai saat ini.
Paragraph pertama yang telah saya
tulis di atas, sedikit menggambarkan fenomena yang ada pada bangsa kita. Islam
Indonesia yang moderat saya gambarkan dengan sarungan. Jeans menggambarkan
model pemikiran barat yang liberal, tetap tidak dapat menghilangkan popularitas
sarung untuk tetap dipakai sarungan. Walau Islam radikal merasa yang paling
benar dengan seragam putih-putihnya, yang sarungan tetap benar karena tidak ada orang memakai sarung
yang warnanya seragam. Warna-warninya itu yang “bikin asyik” kayak permen
Nano-Nano. Orang yang sarungnya warna hijau tidak risih sholat bareng
yang warna merah, begitu juga dengan yang kuning, hijau, biru dll. Bukan hanya
yang sesama sarung, sama merek Cardinal aja tetep cocok, maching juga
kalau Cardinal-nya itu baju atasan dan bawahannya sarungan.
Di statement akhir pada paragraph satu,
sarungan menjadi model berbusana kegemaran Santri. sebelum gemar, mereka
harus belajar bagaimana caranya sarungan, karena kalau tidak bisa,
bagaimana bisa gemar? Tutorial-nya mereka dapatkan dari Pesantren tempat
mereka menimba ilmu. hal ini terlihat dari sejarah yang telah membuktikan bahwa
tokoh-tokoh moderat yang lahir dari pesantren dengan semangat berbangsa
(nasionalisme). [1]
Akan tetapi, kekurangan dari mbah-nya
pendidikan di Indonesia ini adalah terkadang produk-produk yang ia cetak
terkadang tidak tahu caranya bagaimana memakai dasi. Apa pentingnya memakai
dasi? Dasi di sini melambangkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dalam hal ini,
Nurcholis Madjid mengungkapkan bahwa esensi dari tantangan di era modernisasi
ini adalah ilmu pengetahuan dan tekhnologi.[2]
Seringkali produk pesantren kurang memiliki kemampuan dibidang ilmu pengetahuan
dan mental ang kurang, terutama gagap akan tekhnologi. sehingga Hal inilah yang
menyebabkan kenapa santri yang sudah bisa sarungan masih dipandang
sebelah mata oleh masyarakat modern.
Belum cukup dengan sarungan, perlu
adanya Tutorial memakai dasi di dalam pesantren, hal ini perlu ketika alumni pesantren
perlu memenuhi tuntutan zaman. Dasi di sini melambangkan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi.
Kurikulum ilmu pengetahuan umum
memang sudah banyak diajarkan di banyak pondik pesantren, namun hal ini
tampaknya masih dilaksanakan secara setengah-setengah saja. Perlu adanya
konsentrasi lebih dan inovasi yang dilakukan dalam pondok pesantren. Seperti halnya
menambah dukungan pendidikan formal pesantren melalui kerjasama dengan lembaga
BIMBEL seperti Primagama, Kumon, Ganesha dll. Selain itu untuk mengembangkan
mental mereka dikatakan perlu mengikutsertakan santri pada ajang OSN, Pospeda
dan lain sebagainya. Sumber berita seperti Koran juga perlu untuk menmbah
wawasan santri dalam pesantren.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar